GARUT INTAN NEWS – Malam yang penuh haru mewarnai Safari Budaya yang digelar di Lapangan Sepakbola Jayaraga, Garut, Jumat (16/08). Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta sekaligus calon Gubernur Jawa Barat, tak mampu menahan air mata ketika mendengar kisah Ma Eha, seorang pedagang kacang rebus keliling yang berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kehadiran Dedi Mulyadi di tengah-tengah masyarakat Garut bukan sekadar untuk menyampaikan visi-misi politiknya. Dalam setiap langkahnya, Kang Dedi, sapaan akrabnya, selalu membawa pesan kebudayaan dan humanisme yang kuat.
Safari Budaya ini, yang awalnya penuh dengan keceriaan dan semangat, seketika berubah emosional ketika seorang wanita paruh baya, yang akrab disapa Ma Eha, naik ke panggung.
Ma Eha adalah seorang pedagang kacang rebus keliling. Malam itu, Ma Eha diundang Kang Dedi untuk berbagi kisah hidupnya. Ketika ditanya mengapa ia masih berdagang di malam hari, jawabannya sungguh mengejutkan.
Dengan suara yang penuh keikhlasan, ia menceritakan bahwa setiap hari dirinya harus berkeliling menjajakan kacang rebus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mendengar kisah Ma Eha, suasana yang semula riang gembira berubah menjadi haru. Dedi Mulyadi tak kuasa menahan air mata. Ia langsung memeluk Ma Eha di depan ribuan penonton yang hadir. Tangisan Kang Dedi seolah menjadi cerminan dari kepedihan hidup yang dialami Ma Eha, dan warga Garut yang menyaksikan pun turut larut dalam suasana tersebut.
Para penonton tidak hanya tersentuh, tetapi juga turut mendoakan Ma Eha agar tetap diberi kekuatan dalam menjalani hidupnya yang penuh perjuangan. Kesedihan yang tergambar di wajah Kang Dedi adalah cerminan dari hati nuraninya yang tergerak oleh penderitaan rakyat kecil.
Di akhir safari, Kang Dedi menitipkan pesan pada Masyarakat garut kelak harus memiliki pemimpin yang sayang pada anak-anak yatim piatu, warga miskin dan para janda tua.
“Itulah tugas pemimpin ke depan agar seluruh anak-anak dijamin dan dilindungi oleh negara,” ujarnya.
Sebagai bentuk kepeduliannya, Kang Dedi memberikan bantuan sebesar 10 juta rupiah kepada Ma Eha untuk biaya pendidikan dan kebutuhan hidupnya.
Kang Dedi tidak hanya mengukir kenangan di hati warga Garut, tetapi juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu merasakan dan merespons penderitaan rakyat dengan tindakan nyata.