GARUT INTAN NEWS – Momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi cerita tersendiri bagi dua anak muda asal Garut yang mempunyai cita-cita tinggi dalam dunia pendidikan. Mereka adalah Mochmad Yasin Nurjaman (25 tahun) berasal dari Wanaraja, lulusan S1 Uin Sunan Gunung Djati Bandung dan Purwa Burhanudin (25 tahun) yang berasal dari Karangpawitan lulusan S1 Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut.
Setiap tahun, tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional dimana momen ini dihayati khusunya bagi para pelajar dan pengajar di seluruh Indonesia. Lebih dari pendidikan formal, lingkungan tempat di mana Yasin dan Purwa mengemban ilmu, wawasan, dan pengalaman mereka dapat juga dari pendidikan nor formal.
“Ini merupakan momentum yang luar biasa. Menjadi refleksi bahwa pendidikan akan mengubah seseorang. Betapa penting pendidikan formal, namun pendidikan non formal pun tak kalah penting seperti pendidikan dalam keluarga. Tanggal 2 Mei ini momen yang sangat penting bagi para pendidik yang berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sudah seharusnya mereka mendapatkan haknya dengan layak karena setiap kesuksesan seseorang pasti ada pengaruhnya dari pendidikan yang didapat di bangku sekolah”, ungkap Yasin.
Baca juga :Â Selamat Hari Pendidikan Nasional : Inilah Lima Tokoh Pendidikan Dari Garut
Sama halnya dengan Purwa yang juga merasakan pentingnya Hardiknas ini sebagai momen untuk mengevaluasi diri. Terlebih peran menjadi seorang guru yang saat ini Purwa emban. Guru muda yang proses dalam mendidik tidaklah mudah.
“Tentu ini momen yang spesial untuk evaluasi diri. Terutama saya sebagai tenaga pendidik. Mengingat peran guru tidaklah mudah dan tidak sebatas mengajar saja. Saya ingat pesan dari salah satu dosen saya di kampus dulu, bahwa menjadi seorang guru itu tidak bisa digantikan oleh teknologi apapun. Karena guru tidak hanya memberikan pengajaran, tetapi ada proses mendidik, bagaimana mengubah perilaku siswa yang buruk menjadi baik, meningkatkan yang sudah baik. Itu hal yang paling sulit. Dan momen ini juga menjadi evaluasi saya untuk senantiasa ikhlas dan tanpa lelah dalam mendidik anak bangsa”, ungkap Purwa.
Perjalanan Yasin dan Purwa dalam dunia pendidikan ternyata mengandung perjuangan yang luar biasa sehingga akhirnya membawa Yasin dan Purwa untuk mendapatkan berbagai penghargaan. Beberapa penghargaan mereka diantaranya: Yasin merupakan Plt. Ketua Forum Genre Kota Bandung 2024-2025, Juara Mojang Jajaka Mimitran Kabupaten Garut 2022, dan sekarang aktif sebagai penyuluh Bidang Kependudukan dan Keluarga Kerencana. Sedangkan Purwa merupakan Juara 1 Duta Pendidikan Prov Jabar 2020, Duta Baca Jawa Barat 2019, Juara 1 Duta Genre Kabupaten Garut 2019. Saat ini, Purwa mengajar di SMP Asshidiqiyyah Karangpawitan dan SMP Yos Sudarso.
“Saya percaya bahwa pendidikan dan pengalaman bisa didapat dimana saja. Bukan hanya pendidikan formal yang membawa Yasin hingga hari ini. Namun, pendidikan keluarga menjadi salah satu pengaruh yang besar juga. Aktivitas saya sekarang mungkin di luar apa yang saya pelajari di bangku sekolah dan perkuliahan. Namun, apapun yang saya dapatkan, baik itu ilmu, wawasan, dan pengalaman saya jadikan bentuk pendidikan. Dan pendidikan apapun yang kita jalani akan berpengaruh dalam kehidupan jangka pendek dan jangka panjang. Jika tidak percaya, saya adalah buktinya dan bisa kalian buktikan sendiri, dan kita akan sama-sama merasakannya, jelas Yasin penuh yakin”.
Adapun Purwa yang lahir di lingkungan para guru yang menjadi teladan bagi dirinya. Jasa dari para guru inilah yang mengantarkan Purwa hingga dapat merasakan pendidikan hingga S2.
“Pendidikan yang mengantarkan saya hingga saat ini tentunya pendidikan yang humanis dan yang mengedepankan suri tauladan dari para guru. Saya lahir di lingkungan para guru, meskipun Almarhum ibu saya hanya tamatan 4 SD. Dari MI hingga S2 saat ini, saya banyak didukung dan disupport oleh para guru saya. Mereka luar biasa”, ungkap Purwa penuh haru.”
Yasin dan Purwa menaruh perhatian yang besar bagi pendidikan yang ada di Garut. Sebagai anak muda mereka ikut bersuara agar pendidikan di Garut semakin layak dan maju.
“Garut merupakan salah satu Kabupaten yang cukup luas di Jawa Barat, sehingga persebaran pendidikan pun tersebar dimana-mana. Tapi, permasalahannya adalah sudah sejauh mana pemerintah merangkul seluruh lembaga pendidikan baik formal maupun non formal dan memberikan kualitas layanan yang baik?. Mungkin masih banyak anak-anak di Kabupaten Garut yang belum mendapatkan haknya sebagai warga negara dalam hal pendidikan. Kita bisa memaksimalkan program 12 tahun wajib belajar untuk seluruh anak Indonesia. Namun di Garut sudah sejauh mana program itu?. Tentu di sini, pemerintah memiliki tugas dan peran yang amat penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak, jelas Yasin.”
Yasin pun memberikan solusi jika terlanjur tidak bisa mendapatkan pendidikan formal. Maka berikan kesempatan untuk mereka agar bisa mendapatkan pendidikan non formal atau pelatihan-pelatihan, sehingga hidupnya tetap berkualitas dan bisa berdampak bagi semua orang.
Sama halnya dengan Purwa yang menanggapi rendahnya pendidikan yang ada di Garut. Ada 4 hal yang ia soroti. Diantaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sarana prasarana, kesejahteraan guru, dan minat peserta didik.
“Kalau saya baca data, IPM Garut itu meningkat dari setiap tahunnya. Tahun 2023 angkanya 67,73, 2022 angkanya 67,41. Meskipun begitu, naiknya tidak signifikan, tidak tumbuh secara luar biasa. Dan bisa dikatakan IPM Garut ini rendah, rangking 3 terendah di Jawa Barat. Mungkin kemarin-kemarin Garut sempat mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten/Kota terbaik dari segi perencanaan, penekanan stunting dan sebagainya. Namun kita jangan buta, bahwa kondisi pendidikannya masih tertinggal meski trend nya naik. Kedua, sarana dan prasaran di Garut belum mencukupi, masih ada sekolah-sekolah yang fasilitasnya tidak memadai bahkan tergolong sekolah yang tidak layak. Ketiga, soal kesejahteraan guru yang harus menjadi perhatian pemerintah dan stakeholder terkait. Terakhir soal minat peserta didik. Masih ada kasus seperti bulying, pemalakan atau kriminalitas bahkan sampai seks bebas. Dan itu perlu tindakan yang tegas dari pemerintah dan sekolah, jelas Purwa.”
Purwa berharap, anak muda saat ini harus ambil peran, jangan baperan, bukan mencaci maki tapi berikan solusi. Karena kita menyadari permasalahan sangat banyak, maka anak muda harus benar-benar turun tangan. Permasalahan Garut bukan diselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan oleh andil masyarakat juga.
“Adakan kolaborasi yang betul-betul efektif. Dan pesan dari saya, kita harus menyadari bahwa permasalahan bisa datang dari sesuatu yang dinormalisasi sehingga akhirnya jadi pembenaran, seperti korupsi. Maka, katakanlah yang benar, tegas Purwa.”
Yasin pun ikut memberikan pesan kepada para pendidik yang sudah berjuang untuk kehidupan anak bangsa juga kepada anak muda yang juga ikut berkontribusi.
“Untuk para pendidik yang sudah berjuang, semoga selalu sehat dan semoga setiap amal dipermudah. Dan untuk generasi muda tetap semangat, pasti tidak mudah. Tapi mudah-mudahan balasan tak hanya berbentuk materi saja, namun lebih dari itu. Jangan pernah putus harapan, karena setiap hal baik akan berdampak bagi orang banyak, ujar Yasin.”
Yasin dan Purwa sebagai anak muda memiliki cita-cita yang tinggi juga dalam kehidupan pendidikannya.
“Saya ingin menyelesaikan S2 saya dan menjadi Rektor atau jabatan strategis dalam kampus. Kedua, saya ingin menyuarakan pendidikan sekarang menjadi pendidikan yang merdeka. Guru tidak banyak dibebankan oleh administrasi, dan siswa tidak banyak dibebankan oleh tugas sehingga didikan sekolahnya kurang. Kurikulum merdeka mudah-mudahan bisa memerdekakan semua kalangan, ungkap Purwa di akhir wawancara.”
“Saya ingin punya lembaga pendidikan formal/non formal gratis bagi siapapun yang punya semangat belajar. Karena saya yakin amal jariah melalui ilmu yang bermanfaat akan menjadi double limpahan keberkahan dan amal yang tidak akan terputus and last but not least, tenaga pendidik dan kependidikan diberikan upah yang manusiawi, ungkap Yasin di akhir wawancara.”