GARUT INTAN NEWS – Suasana berbeda terasa di Aula Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Garut pada Kamis siang. Jika biasanya tembok tinggi identik dengan batas dan sekat, kali ini justru menjadi saksi lahirnya semangat kolaborasi penuh harapan.
Lapas Garut menerima kunjungan supervisi dari Politeknik Kesejahteraan Sosial (Polteksos) Bandung dalam rangka menjajaki kerja sama besar: membangun sistem pembinaan narapidana berbasis rehabilitasi sosial dengan landasan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Ruang Belajar Kehidupan
Kepala Lapas Garut, Rusdedy, menyambut hangat kedatangan rombongan dosen dan mahasiswa Polteksos. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya keterlibatan perguruan tinggi dalam proses pembinaan di dalam lapas.
“Lapas bukan hanya tempat menjalani pidana, tetapi juga ruang belajar kehidupan. Dengan menggandeng perguruan tinggi, kita ingin membangun sistem pembinaan yang tidak sekadar rutinitas, melainkan berbasis riset, inovasi, dan nilai-nilai sosial. Inilah jalan untuk menghadirkan rehabilitasi yang nyata,” ujar Rusdedy penuh semangat.
Kolaborasi ini berakar pada Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Mahasiswa Polteksos tidak hanya mendapat kesempatan praktik lapangan, tetapi juga terlibat langsung dalam merancang program pembinaan yang berbasis ilmu pengetahuan dan realitas sosial.
Seorang dosen pembimbing menambahkan, “Mahasiswa kami perlu melihat langsung bagaimana teori yang dipelajari di kelas bisa diimplementasikan. Lapas Garut memberi ruang itu, dan bersama-sama kita akan menyusun sistem pembinaan yang berakar pada realitas, namun tetap berbasis ilmu pengetahuan.”
Melihat dari Dekat, Belajar dari Nyata
Setelah sesi diskusi, mahasiswa diajak menyusuri berbagai unit kegiatan pembinaan di Lapas Garut. Mereka menyaksikan warga binaan mengolah serabut kelapa menjadi coirshade, menjahit di unit konveksi, membatik dengan motif khas Garut, hingga mengolah kopi dan membuat roti. Bagi para mahasiswa, pengalaman ini bukan sekadar kunjungan, melainkan cermin nyata bagaimana pembinaan mempersiapkan narapidana untuk kembali ke masyarakat dengan keterampilan dan keyakinan baru.
Langkah Bersama ke Depan
Dari pertemuan ini, kedua pihak sepakat menindaklanjuti kerja sama dengan langkah konkret, di antaranya:
• Merancang kurikulum pembinaan berbasis rehabilitasi sosial.
• Melaksanakan riset kolaboratif mengenai efektivitas program pembinaan.
• Menghadirkan program pengabdian masyarakat yang melibatkan warga binaan dan keluarga mereka.
Langkah ini diharapkan menjadikan Lapas Garut sebagai laboratorium sosial—tempat di mana narapidana tidak hanya menjalani hukuman, tetapi juga menemukan martabat, keterampilan, dan harapan baru.
“Di balik jeruji, kita ingin menumbuhkan kembali keyakinan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Dengan kerja sama ini, kami yakin rehabilitasi sosial bisa menjadi jalan nyata,” pungkas Kalapas Rusdedy.