GARUT INTAN NEWS – Sudah Benarkan Anda Menyimpan ASI?
Sering kali kita mendengar kata “ASI Eksklusif” untuk bayi usia 0 – 6 bulan, karena memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah penyakit dan mengurangi risiko alergi. Beberapa sumber menyatakan bahwa ASI mengandung gizi lengkap, antara lain: karbohidrat, lemak, asam lemak, protein dalam bentuk asam amino, vitamin, dan mineral. Kandungan gizi lengkap inilah yang menyebabkan bayi usia 0 – 6 bulan tidak pelu mengkonsumsi makanan lain selain ASI.
Anjuran ini menjadi fenomena baru bagi Ibu menyusui yang bekerja untuk menyimpan stok ASI, ditempatkan pada satu wadah khusus, kemudian menyimpannya dalam Freezer, dengan harapan stok ASI bisa tahan sampai beberapa haribahkan beberapa bulan.
Nah, kita pelajari sama-sama yuk. Apakah cara penyimpanan stok ASI sudah benar? Apakah Anda yakin, kandungan nutrisi maupun senyawa manfaat lainnya dalam ASI tetap terjaga kualitasnya?
Berdasarkan pengelompokan kandungan zat gizinya, ASI yang keluar dari kelenjar susu ibu dapat dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama mulai 0 – 3 hari pasca melahirkan dapat ditemukan kolostrum yang mengandung laktoferin dalam jumlah tinggi. Laktoferin merupakan protein utama dalam ASI yang memiliki kemampuan mengatur penyerapan zat besi pada usus. Jika bayi kekurangan zat besi maka akan menyebabkan penyakit anemia yang akan berpengaruh terhadap kecerdasan dan kemampuan motorik.
Hasil riset Wahyudi, dkk (2018) menunjukkan bahwaLaktoferin ASI dapat bertahan kualitasnya tetap baik pada suhu penyimpanan -20oC selama 5 hari. Jika disimpan pada suhu 4oC, terjadi penurunan jumlah laktoferin sebesar 15%. Berdasarkan hasil riset ini, tidak dianjurkan menyimpan ASI lebih dari 5 hari, karena setelah 5 hari laktoferin ASI akan mengalami kerusakan sebesar 73% pada penyimpanan suhu-20oC dan 79% pada suhu penyimpanan 4oC, sehingga ketika dikonsumsi bayi fungsi laktoferin sebagai pengatur penyerapan zat besinya tidak optimal.
Fase kedua mulai 4 – 10 hari pasca melahirkan yang dikenal dengan ASI transisi, dimana mulai diproduksi bakteri probiotik atau disebut bakteri yang menguntungkan di dalam usus. Bakteri probiotik merupakan bakteri asam laktat yang mampu hidup melalui saluran pencernaan sampai ke usus. Di dalam usus, bakteri probiotik akan mengkonsumsi karbohidrat dalam bentuk prebiotik dalam ASI, kemudian akan mereplikasi dan memperbanyak diri.
Selama pertumbuhannya, bakteri probiotik akan menghasilkan matabolit sekunder berupa bakteriosin sebagai antibiotic alami dan penstimulus sistem imun, asam organik, serta hidrogenperoksida yang memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan bakteri patogen seperti E- coli.
Fase ketiga setelah 10 hari sampai 6 bulan pasca melahirkan disebut ASI dewasa, dimana pertumbuhan bakteri probiotik jumlahnya lebih banyak. Berdasarkan hasil riset Yavuzdrman (2007), pada fase ini ditemukan pertumbuhan bakteri probiotik lebih dari 40 spesies. Hasil riset Hanidah, dkk(2019) bahwa kondisi kesehatan ibu, pola makan, tingkat stress, dan udara lingkungan sekitar dapat mempengaruhi jumlah bakteri probiotik pada ASI.
Bakteri probiotik tumbuh memiliki suhu pertumbuhan optimum 37oC, pertumbuhan minimum 0 – 10oC, dan pertumbuhan maksimum 50oC. Jadi untuk penyimpanan ASI sebaiknya digunakan pada suhu pertumbuhan minimum bakteri probiotik. Hindari pemasan melebihi suhu pertumbuhan maksimum, karena dapat menyebabkan kematian pada bakteri probiotik, begitu juga penyimpanan dibawah suhu 0oC.
Nah, sekarang kalian sudah mengetahui dampak penyimpanan ASI yang salah terhadap penurunan kualitas Laktoferin dan bakteri probiotik pada ASI. Semoga artikel ini banyakmembantu, terutama bagi Ibu-Ibu pekerja yang membuat stok ASI.
Penulis: Peneliti Bakteri Probiotik Prodi Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran, Dr. In-In Hanidah