GARUT INTAN NEWS — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Garut kembali menegaskan komitmennya sebagai Lapas BERSINAR (Bersih dari Narkoba). Sikap tegas tanpa kompromi terhadap segala bentuk penyalahgunaan narkotika dibuktikan melalui tindakan hukum terhadap enam Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang terlibat dalam upaya penyelundupan dan peredaran narkoba di dalam lapas.
Setelah menjalani proses hukum selama tiga bulan, keenam WBP tersebut akhirnya dijatuhi vonis berat oleh Pengadilan Negeri Garut.
Hukuman yang dijatuhkan berkisar antara 8 hingga 13 tahun penjara, disertai denda sebesar Rp1,5 miliar subsider 1 tahun kurungan.
Berikut daftar lengkap para terpidana:
• K.N. — 8 tahun 6 bulan, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 28 Mei 2025)
• B.J.A.P. — 8 tahun 6 bulan, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 17 September 2025)
• M.F.N. — 10 tahun, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 15 Oktober 2025)
• F.A. — 10 tahun, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 15 Oktober 2025)
• R.S. — 10 tahun, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 20 Oktober 2025)
• W.H.P. — 13 tahun, denda Rp1,5 miliar, subsider 1 tahun kurungan (putusan 20 Oktober 2025)
Selain dijatuhi pidana tambahan, keenam WBP tersebut juga kehilangan seluruh hak pembinaan, termasuk remisi, asimilasi, dan integrasi sosial.
Kepala Lapas Kelas IIA Garut, Rusdedy, menegaskan bahwa keputusan ini menjadi peringatan keras bagi seluruh warga binaan agar tidak bermain-main dengan narkoba.
“Siapa pun yang mencoba mempermainkan hukum, kami tindak. Tidak ada kompromi, tidak ada negosiasi. Kami serahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum untuk diproses hingga vonis dijatuhkan,” tegasnya.
Rusdedy menjelaskan, keberhasilan dalam menggagalkan upaya penyelundupan narkoba di dalam Lapas merupakan hasil kerja keras petugas pengamanan yang terus memperkuat deteksi dini, intelijen lapangan, serta kolaborasi dengan aparat penegak hukum.
“Lapas Garut terus memperkuat pengawasan berbasis teknologi dan meningkatkan kemampuan intelijen lapangan agar tidak ada celah bagi peredaran gelap narkoba,” ujarnya.
Ketegasan Lapas Garut bukan hanya terlihat tahun ini. Sepanjang 2024, Lapas Kelas IIA Garut telah menangani delapan kasus serupa, di mana para narapidana yang terlibat dalam penyelundupan narkoba diproses hukum hingga pengadilan dan dijatuhi hukuman tambahan.
Semua kasus tersebut diserahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum, menunjukkan komitmen Lapas Garut untuk tidak menutupi pelanggaran apa pun yang terjadi di dalam lembaga.
“Langkah kami konsisten: setiap pelanggaran akan kami bongkar, setiap pelaku akan kami serahkan ke pengadilan. Tidak ada yang kebal hukum di Lapas Garut,” tegas Rusdedy.
Atas komitmen dan integritas yang terjaga, Lapas Kelas IIA Garut telah menerima Piagam Penghargaan Lapas BERSINAR dari BNNP Jawa Barat. Penghargaan tersebut menjadi bukti bahwa program P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) di Lapas Garut berjalan konsisten dan terukur.
Rusdedy menambahkan, pembinaan di Lapas Garut tidak semata berfokus pada keterampilan, melainkan juga pada pembentukan moral dan kesadaran hukum.
“Kami ingin memastikan bahwa di dalam lembaga pemasyarakatan, sedang tumbuh kesadaran hukum dan tekad untuk berubah. Tapi bagi yang masih berani bermain narkoba, jawabannya hanya satu: hukum yang lebih berat,” ujarnya.
Dengan deretan vonis berat pada 2024 dan 2025, Lapas Kelas IIA Garut menegaskan diri sebagai lembaga pemasyarakatan yang bersih, berintegritas, dan menjadi garda terdepan dalam perang melawan narkoba.
Prinsipnya jelas dan tak tergoyahkan:
“Zero Tolerance — Siapa Bermain Narkoba, Siap Menanggung Hukuman Berat.”