GARUT INTAN NEWS – Garut dikenal dengan berbagai julukan, Kota Dodol, Kota Intan dan Kota Santri. Julukan Kota Santri untuk Kabupaten Garut merupakan sebuah keniscayaan. Pasalnya, ribuan pondok pesantren dengan ratusan ribu santri tersebar sampai ke pelosok pelosok Kabupaten Garut.
Berdasarkan data di laman web Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Kabupaten Garut tercatat ada 1010 Pondok Pesantren yang terdaftar. Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa Garut layak dijuluki Kota Santri dengan keberadaan ribuan pesantren sebagai tempat menimba ilmu para santri.
Dalam catatan sejarah, perkembangan pesantren di Garut terbilang panjang. Sejak abad ke 17, Garut telah menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Banyak ulama dan kyai ternama yang berasal dari Garut, seperti KH. Abdullah bin Abdul Halim (Cangkuang), KH. Ahmad Ru’yat (Tarogong Kidul), dan KH. Hasan Basri (Cibeureum).
Pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Garut. Pesantren menjadi tempat pembinaan moral, pembentukan karakter, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Banyak santri yang setelah lulus dari pesantren menjadi tokoh-tokoh penting di masyarakat, seperti ulama, guru, politisi, dan pengusaha. Keberadaan pesantren juga berkontribusi dalam menjaga nilai-nilai agama dan budaya di Garut.
Julukan Kota Santri kepada Garut pun sempat diperkuat oleh dr Helmi Budiman yang pada saat itu menjabat Wakil Bupati Garut, untuk merubah nama Jalan Terusan Pembangunan menjadi Jalan Pesantren.
“Saya rasa Jalan Terusan Pembangunan itu tidak jelas, makanya akan kami ganti dengan nama jalan Pesantren,” ujar Helmi, Rabu (11/7/2018).
Helmi menandaskan perlunya dinamai Jalan Pesantren karena Garut dikenal sebagai Kota Santri. “Masa di Kota Santri tidak ada Jalan Pesantren,” tandasnya kala itu.