GARUT INTAN NEWS – Kurikulum Merdeka memberikan ruang kepada para guru untuk mampu melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar (KBM) dengan inovasi, salah satunya dengan memadukan kurikulum dengan muatan lokal (mulok). Salah satunya dilakukan oleh Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 12 Garut, Asep Ruhiman, SPd, dimana dalam melakukan KBM memadupadankan kurikulum dengan seni tradisi karawitan sunda.
Inovasi dan kreatifitas Asep Ruhiman selaku guru bahasa Inggris yang memakai pola mengajar dengan memakai seni karawitan sunda mampu membantu proses KBM menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Di sisi lain tentunya lebih mengenalkan seni karawitan Sunda sebagai warisan budaya kepada peserta didik.
“Mengajar dengan memakai seni, KBM menjadi lebih hidup, para siswa pun lebih dapat menyerap ilmu dengan lebih mudah dan tidak tegang,” ujar Asep Ruhiman, saat ditemui Garut Intan News di SMKN 12 Garut, Rabu (1/02/2024).
Asep mengaku, dirinya memang cinta dengan seni sunda terutama memainkan alat musik kacapi yang sering dipakai sebagai alat bantu dalam mengajar Bahasa Inggris kepada siswanya.
“Inovasi dalam mengajar Bahasa Inggris dengan dibantu alat musik berupa kacapi dan gitar mampu membuat para siswa untuk tidak jenuh dalam menangkap pelajaran, selain itu alat musik ini pun mampu melatih otak kanan siswa agar lebih aktif,” ujar alumni Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung angkatan tahun 1988 ini.
Inovasi yang dilakukan Asep Ruhiman dalam mengajar bahasa Inggris dengan memakai alat seni karawitan Sunda mendapatkan apresiasi dari para dosen S2 di perguruan tinggi dimana ia melanjutkan studinya. “Alhamdulillah menjadi perhatian khusus dari para dosen sebagai terobosan baru dalam melaksanakan KBM,” ujarnya.
Kendati demikian, Asep Ruhiman merasa masgul karena inovasi yang dilakukannya dalam mengajar dengan memakai alat seni karawitan sunda sebagai muatan lokal belum dipayungi hukum. “Saya berharap pemerintah provinsi ataupun kabupaten kota dapat menerbitkan peraturan daerah (perda) agar muatan lokal ini bisa masuk ke setiap sekolah, sekaligus sebagai kebijakan untuk dapat memelihara warisan budaya,” katanya.
Kurangnya pengajaran seni tradisi menyebabkan pada generasi muda menjadi tidak mengenal warisan budaya leluhur, kalah dengan seni luar yang begitu gencar dan digandrungi oleh para generasi muda kita. “Minimal dengan adanya payung hukum untuk mulok ini, para generasi muda terutama siswa sekolah dapat mengenal budaya warisan leluhurnya, kan ada pepatah kalau tak kenal maka tak akan sayang,” katanya.