GARUT INTAN NEWS – Memasuki musim hujan, masyarakat Kabupaten Garut diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap sejumlah penyakit yang kerap muncul akibat perubahan cuaca dan lingkungan. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut mencatat ada tiga penyakit yang perlu diwaspadai, yakni Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Leptospirosis.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Garut, Asep Surachman, menjelaskan bahwa dari ketiga penyakit tersebut, dua di antaranya berpotensi mematikan, yaitu DBD dan Leptospirosis.
DBD menjadi penyakit yang paling sering muncul saat musim hujan. Kondisi ini berkaitan erat dengan banyaknya genangan air di berbagai wadah terbuka, seperti ember bekas, kaleng, vas bunga, hingga bagian belakang kulkas. Genangan air tersebut menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki karakteristik khusus dan cenderung berkembang di air bersih yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
“Hal ini di sebabkan karena suatu wadah yang terisi air, sehingga nyamuk berkembang biak disana. Karena nyamuk aedes aegypti ini bisa dikatakan nyamuk elite ya, karena gak mau hidup di air yang bersentuhan dengan tanah, misal di vas bunga, kaleng bekas, belakang kulkas dan lain lain,” ungkap Asep.
Selain DBD, penyakit Chikungunya juga perlu diwaspadai. Penyakit virus tropis ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejala utamanya meliputi demam tinggi, nyeri sendi dan otot yang sangat parah, sakit kepala, serta kelelahan, dengan nyeri sendi yang dapat berlangsung hingga berbulan-bulan.
Meski sama-sama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, Chikungunya dan DBD memiliki perbedaan mencolok. Chikungunya lebih menonjolkan nyeri sendi dan otot yang persisten, jarang menyebabkan perdarahan, serta tidak disertai penurunan trombosit secara drastis. Sementara DBD berisiko menimbulkan perdarahan, demam bifasik, nyeri hebat di belakang mata, munculnya bintik merah yang tidak hilang saat ditekan, hingga kondisi syok yang membahayakan jiwa.
Penyakit ketiga yang tak kalah berbahaya adalah Leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri dari air yang terkontaminasi urine tikus. Di Kabupaten Garut sendiri, tercatat sekitar 25 orang telah terjangkit penyakit ini. Penularan leptospirosis umumnya terjadi saat air hujan membawa kencing tikus dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka, mata, hidung, atau mulut.
“Misal tikus tersebut kencing di tempat kering, terus terlalui air, ada luka misal di kaki atau di tangan, kena mata, kena hidung, udah jadi (terinfeksi),” jelasnya.
Dinas Kesehatan Garut mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, rutin menguras serta menutup tempat penampungan air, mengubur atau mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan alas kaki saat beraktivitas di lingkungan yang berpotensi tercemar. Langkah pencegahan sederhana ini dinilai efektif untuk menekan risiko penularan penyakit selama musim hujan.
