GARUT INTAN NEWS – Di tengah situasi nasional yang masih dibayangi persoalan klasik overkapasitas lembaga pemasyarakatan, Lapas Kelas IIA Garut justru menorehkan capaian berlawanan arah: bukan hanya berhasil menekan kepadatan hunian, tetapi juga meningkatkan kualitas pembinaan dan layanan bagi warga binaan.
Sepanjang tahun 2025, Lapas Kelas IIA Garut mencatat penurunan hunian bersih sebanyak 177 orang, dari semula sekitar 800 menjadi 556 penghuni. Capaian ini dicapai melalui optimalisasi program remisi, asimilasi, dan integrasiberbasis penilaian objektif serta penataan penempatan narapidana sesuai tingkat risiko.
Keberhasilan ini bukan karena Lapas Garut ‘sepi’, melainkan karena manajemen yang rasional, manusiawi, dan tetap menjunjung tinggi keamanan serta kepastian hukum.
Capaian Pengelolaan Pemasyarakatan
Data resmi mencatat, sepanjang 2025, Lapas Kelas IIA Garut telah menerbitkan 1.880 keputusan remisi, meliputi remisi umum, keagamaan, dan dasawarsa. Selain itu, 251 warga binaan memperoleh hak integrasi, terdiri dari 210 Pembebasan Bersyarat (PB), 40 Cuti Bersyarat (CB), dan 1 Cuti Menjelang Bebas (CMB).
Sementara itu, terdapat 106 narapidana yang bebas murni setelah menjalani masa pidana penuh. Total pengeluaran narapidana (bebas, mutasi, integrasi, dan lainnya) mencapai 476 orang, lebih tinggi dari jumlah penerimaan sebanyak 299 orang.
Upaya ini membuktikan bahwa Pengurangan overkapasitas dilakukan bukan dengan “pemutihan”, tetapi melalui penegakan hak-hak hukum bagi warga binaan berkelakuan baik.
Selain itu, Program integrasi menjadi simbol keadilan restoratif, bukan kelonggaran, melainkan penghargaan atas perubahan perilaku. Serta penataan penempatan narapidana sesuai tingkat risiko memperkuat keamanan dan stabilitas internal.
Empat Dampak Nyata Penurunan Hunian
Penurunan kepadatan membawa efek berantai pada peningkatan kualitas hidup di dalam Lapas:
- Pelayanan lebih manusiawi. Akses udara, sanitasi, kesehatan, dan administrasi kini lebih layak serta merata.
- Keamanan lebih terkendali. Dengan rasio petugas dan penghuni yang lebih seimbang, deteksi dini gangguan lebih efektif, sementara peredaran barang terlarang menurun.
- Pembinaan lebih fokus. Kegiatan pendidikan dan pelatihan kini berbasis profil dan potensi individu warga binaan.
- Lingkungan lebih sehat. Ruang gerak lega, sirkulasi udara lancar, dan konflik sosial menurun, mendukung pemulihan psikologis serta sosial.
Manajemen Data dan Akuntabilitas
Keberhasilan ini tak lepas dari manajemen berbasis data, penerapan penegakan hukum yang akuntabel, serta kebijakan mutasi narapidana high risk ke Lapas maksimum security untuk menjaga stabilitas internal.
Hingga awal November 2025, sebanyak 126 warga binaan tengah menunggu pembebasan melalui program integrasi setelah memenuhi syarat administratif dan substantif.
Langkah konsisten Lapas Kelas IIA Garut membuktikan bahwa overkapasitas bukanlah takdir, melainkan tantangan manajerial yang bisa diatasi dengan strategi, kepemimpinan visioner, dan keberanian menegakkan kebijakan berbasis hukum.
