GARUT INTAN NEWS – Di tengah upaya berbagai pihak untuk mencari metode pengajaran yang efektif, seorang guru dari SMKN 12 Garut, Asep Ruhiman, berhasil mencuri perhatian dengan pendekatannya yang tidak biasa dalam mengajar Bahasa Inggris. Menggabungkan seni musik tradisional Sunda, terutama kecapi, dengan pengajaran kosakata dan struktur Bahasa Inggris, Asep menawarkan metode yang tidak hanya unik, tetapi juga menyenangkan bagi siswa-siswinya.
Dalam sebuah Broad Cast yang dilakukan oleh Garut Intan News, Asep menceritakan bagaimana musik menjadi cara untuk menarik perhatian dan memotivasi siswa sejak awal pelajaran.
“Biasanya saya bawa alat musik, karena kalau anak-anak melihat alat musik, mereka sudah senang duluan,” katanya.
Pengalaman masa kecil Asep, di mana ia merasa pelajaran Bahasa Inggris sangat sulit dan menakutkan, memotivasi dirinya untuk menciptakan pendekatan yang lebih ringan dan menyenangkan. Ia teringat pada sebuah lagu alfabet sederhana yang diajarkan gurunya semasa SMP, yang masih membekas di ingatannya hingga kini. Dari situlah muncul inisiatifnya untuk menggabungkan musik tradisional Sunda dengan lirik berbahasa Inggris.
Metode ini diterapkan dengan cara yang sistematis. Setelah sesi pembelajaran formal, di mana siswa diajarkan grammar, reading, dan kosakata, Asep menutup pelajaran dengan lagu-lagu pendek yang liriknya diambil dari materi yang telah dipelajari. Misalnya, untuk kelas 10, ia menciptakan lagu sederhana seperti “Good morning, Good morning, get up early, get up early, Good morning.” Lagu-lagu ini memudahkan siswa untuk mengingat frasa dan kosakata yang mereka pelajari.
Asep menegaskan bahwa metode ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, membuat siswa merasa senang dan tidak terbebani dengan pelajaran Bahasa Inggris.
“Ketika anak-anak melihat alat musik, mereka senang dulu, dan setelah senang, mereka akan belajar dengan sendirinya,” ujar Asep.
Kedua, dengan suasana yang menyenangkan, siswa menjadi lebih termotivasi dan mudah menyerap materi pelajaran.
Selain menggunakan kecapi, Asep juga kerap menggunakan alat musik lain seperti gitar, atau mengajak siswa untuk beraktivitas langsung di luar kelas. Misalnya, siswa diajak berdialog dalam bahasa Inggris ketika mereka membeli makanan di kantin.
Pendekatan praktis ini juga disesuaikan dengan program pendidikan di sekolah. Jika jurusan siswa adalah pertanian, maka kosakata yang diajarkan terkait dengan dunia pertanian, jika jurusan otomotif, maka kosakatanya terkait bengkel dan peralatan otomotif.
Meski begitu, Asep mengakui bahwa ada tantangan dalam pendekatan ini, terutama terkait perbedaan dialek dan pelafalan antara Bahasa Inggris dan Bahasa Sunda.
“Misalnya, kalau menyanyikan ‘my homeland’, dalam dialek Sunda bisa menjadi ‘my huuuumland’,” ujarnya.
Meskipun mungkin kurang sesuai dengan standar pelafalan Bahasa Inggris yang ideal, Asep menekankan bahwa tujuan utamanya adalah membuat siswa merasa bahwa belajar Bahasa Inggris itu tidak sulit, dan bisa dinikmati.
Meskipun menghadapi beberapa tantangan, metode ini mendapatkan respons positif dari siswa-siswinya. Banyak yang merasa belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak terbebani. Asep juga bangga dengan hasil yang dicapai murid-muridnya. Menurutnya, metode ini tidak hanya membuat siswa lebih aktif dan antusias, tetapi juga membangun suasana kelas yang lebih dinamis.
Melalui perpaduan musik dan pendidikan, Asep Ruhiman membuktikan bahwa belajar Bahasa Inggris bisa dilakukan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
“Setelah belajar sambil bernyanyi, mereka sudah fresh lagi untuk melanjutkan ke pelajaran berikutnya” Tuturnya.
Metode pengajaran yang dikembangkan oleh Asep Ruhiman menunjukkan bagaimana kreativitas dalam pendidikan dapat membuka pintu bagi pendekatan baru yang lebih efektif dan menyenangkan.