GARUT INTAN NEWS – Usai sukses menembus pasar ekspor ke Prancis dan Korea Selatan, kini satu kontainer berisi 820 unit coir shade hasil karya warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Garut resmi diberangkatkan menuju Spanyol.
Ekspor ini menjadi penanda keberlanjutan program pembinaan produktif berbasis industri ramah lingkungan di dalam lapas sekaligus mencetak sejarah kembali dalam pembinaan kemandirian narapidana.
Produk ekspor tersebut terdiri dari berbagai jenis coir shade dan olahan serat kelapa lainnya:
Fergola : 260 unit
Diagonal : 260 unit
Triangle : 40 unit
Roll Binder : 100 unit
Tali Rope : 160 roll
Produk-produk ini diproduksi oleh tangan-tangan terampil warga binaan melalui kerja sama Lapas Garut dengan pihak swasta, dalam hal ini Coir Indonesia. Selain memberikan nilai ekonomi, kegiatan ini juga berkontribusi besar terhadap pembinaan karakter dan peningkatan keahlian para narapidana.
Kepala Lapas Kelas IIA Garut, Rusdedy menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini. “Ini bukan hanya tentang ekspor produk, tetapi tentang ekspor harapan dan perubahan. Setiap unit yang dikirim membawa cerita perjuangan, kerja keras, dan semangat untuk menjadi lebih baik,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan arah kebijakan dari Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Jenderal Pol (Purn) Agus Andrianto, yang dinilai sebagai sosok pembaru dalam sistem pemasyarakatan Indonesia.
Kepemimpinannya yang visioner dan terbuka terhadap kolaborasi telah mendorong lapas-lapas untuk lebih progresif dalam menjalankan fungsi pembinaan.
Keberhasilan ini juga berkat dukungan dan arahan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Drs. Mashudi, yang secara konsisten mendorong program pembinaan kemandirian di berbagai unit pelaksana teknis pemasyarakatan. Di bawah kepemimpinannya, pembinaan keterampilan warga binaan semakin terarah dan terukur, dengan hasil nyata seperti ekspor produk coir shade ini. Disamping itu mitra usaha, dan masyarakat yang terus mendorong Lapas sebagai tempat pembinaan yang produktif dan manusiawi.
Meski demikian, Lapas Garut masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan kapasitas produksi. Terbatasnya ruang kerja dan fasilitas membuat hanya sebagian warga binaan yang bisa dilibatkan secara langsung dalam produksi. Namun demikian, pihak Lapas terus berupaya mencari solusi, termasuk menjalin kerja sama baru serta mengusulkan perluasan sarana kerja.
Kegiatan ekspor ini diharapkan menjadi motivasi untuk terus berinovasi dan memperkuat pembinaan berbasis keterampilan. Melalui pendekatan ini, diharapkan narapidana dapat kembali ke masyarakat dengan bekal yang cukup, baik secara mental, spiritual, maupun ekonomi.