GARUT INTAN NEWS – Pola asuh anak menjadi sorotan serius Anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi PKS, E. Kustini. Ia mengingatkan para orang tua, khususnya para ibu muda, agar tidak terburu-buru menyekolahkan anak demi memenuhi ambisi pribadi.
Menurutnya, kesiapan mental anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh dasar yang diberikan sejak usia dini.
Dalam wawancaranya, Kustini mengkritisi tren ibu-ibu muda yang menitipkan anaknya di tempat penitipan hanya demi menjalani gaya hidup sosialita.
“Anak usia 2-3 tahun itu butuh pendekatan emosional dari ibu dan ayahnya. Anak seusia itu belum saatnya mengikuti aturan formal. Harusnya mereka ada di dekapan orang tua,” tegasnya, Jumat (16/5/2025).
Kustini menilai, pada usia 1-5 tahun, anak-anak sedang membentuk dasar kepercayaan dan emosi yang akan terbawa hingga dewasa. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memberi kebebasan yang sesuai dengan tahapan usia anak.
“Ketika anak itu mempercayai seseorang, kita harus memberikan contoh perilaku yang baik. Pendidikan itu bukan hanya soal sekolah, tapi soal pembentukan karakter,” tambahnya.
Ia juga mengimbau agar orang tua tidak memaksakan pendidikan formal terlalu dini. Menurutnya, saat anak sudah siap untuk sekolah, orang tua harus mencarikan guru yang bisa dikagumi oleh anak, agar proses belajar berjalan alami dan menyenangkan.
“Begitu masuk sekolah, kepercayaan anak akan mulai beralih dari orang tua ke guru. Maka penting bagi kita mencarikan guru yang disenangi dan bisa menjadi panutan,” ujarnya.
Memasuki usia remaja, lanjut Kustini, tantangan akan semakin besar karena anak lebih mudah dipengaruhi oleh teman sebaya. Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam membantu anak memilih lingkungan yang positif.
“Anak remaja lebih percaya pada teman. Maka orang tua harus tahu siapa temannya, dan kalau bisa, kenalkan dengan teman-teman yang bisa memberi pengaruh baik,” jelasnya.
Terakhir, Kustini mengatakan bahwa ketika anak memasuki usia dewasa seperti SMA atau perguruan tinggi, mereka mulai percaya diri dan sulit diarahkan. Maka, fondasi yang kuat sejak dini menjadi kunci.
“Kalau dari kecil kita sudah membangun kedekatan dan kepercayaan, saat besar anak tetap punya pegangan,” tutupnya.