GARUT INTAN NEWS – Pada momentum Hari AIDS Sedunia (HAS), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang dan Klinik ASTER PKBI Garut melakukan kolaborasi dalam rangka diseminasi informasi dan layanan tes IMS (Infeksi Menular Seksual), HIV, dan TBC. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan HIV/AIDS, serta memberikan layanan tes secara langsung.
HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Area Kamojang, Dewi Amroe, mengungkapkan bahwa perusahaan ini sangat peduli terhadap isu sosial, termasuk kesehatan masyarakat. “Dengan momentum Hari AIDS Sedunia, kami ikut dalam kegiatan yang sangat bermanfaat ini. Sebagai perusahaan yang peduli, kami ingin memberikan kontribusi nyata dalam memerangi HIV/AIDS dan TBC,” ungkapnya.
Hari AIDS Sedunia sendiri merupakan peringatan yang dimulai sejak 1988 dan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran global tentang penyebaran HIV/AIDS. Dalam peringatan ini, fokus utama adalah mendorong kolaborasi dan aksi nyata untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030. Hal ini sejalan dengan tema global tahun ini, *”Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa: Akhiri AIDS 2030.”*
Sementara Denden Supresiana, Direktur Eksekutif PKBI Garut, menekankan pentingnya pendekatan yang humanis dalam menangani masalah HIV/AIDS. “Dengan gotong royong, semua tertolong. Program-program kami bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendekati mereka dengan empati dan komitmen sosial,” ujarnya.
PKBI Garut sendiri, yang dikenal dengan seruan *’Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong’*, berfokus pada pendekatan berbasis cinta, yang diyakini dapat memberikan solusi lebih menyentuh dan menyeluruh.
Seperti Forum Masyarakat Peduli AIDS Jawa Barat menekankan pada aspek “Semua harus atas nama Cinta, dengan cinta meski logika tanpa logistik masih berpotensi bisa memecahkan dan menyelesaikan masalah”.
Founder Rumah Cemara mengingatkan intervensi program agar “Tidak mengulang Kebodohan masa lalu dan berani bertindak berbeda di masa sekarang (selalu menghindar dari Zona Nyaman)”
Sementara Aktifis Puzzle menyentil dengan ujaran “Hentikan gerakan apapun jika kepedulian dengan saya dan teman² yang hidup dengan HIV serta Anak dengan HIV hanya berdasarkan ritual dan menggugurkan perintah semata”.
Namun, di balik semangat kolaborasi ini, tantangan besar masih menghantui. Target nasional *Three Zero*—yaitu tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigma serta diskriminasi—masih jauh dari tercapai. Data terbaru menunjukkan bahwa pada 2024, baru sekitar 70% orang dengan HIV (ODHIV) yang mengetahui status mereka, jauh dari target 95%. Ketersediaan ARV (antiretroviral) dan alat deteksi viral load juga masih menjadi kendala utama.
Untuk itu, kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, sangat penting. “Mari duduk bersama untuk refleksi dan evaluasi, serta merumuskan langkah-langkah solusi untuk mengakselerasi pencapaian target nasional. Tidak ada lagi infeksi baru, tidak ada lagi kematian sia-sia akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi,” tegas Deden.
Peringatan Hari AIDS Sedunia kali ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus memperjuangkan hak-hak kesehatan setiap individu, tanpa terkecuali. Kolaborasi dan aksi nyata menjadi kunci utama untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030.