GARUT INTAN NEWS – Sejak dahulu, bulan puasa atau Ramadhan memiliki tempat khusus dalam pengalaman masyarakat Garut, termasuk beberapa tradisi menarik saat bulan puasa.
Menurut Kunto Sofianto (1997), biasanya masyarakat muslim Garut akan membersihkan kuburan keluarganya menjelang bulan puasa. Sedangkan untuk nadran atau nyekar (menabur bunga sembari berdoa) akan dilakukan di sekitar hari lebaran.
“Hal lain yang penting, yang masih berhubungan dengan kepercayaan masyarakat bumiputra adalah menyambut bulan Ramadhan (bulan Puasa)…,” tulis Kunto Sofianto dalam tesisnya di jurusan Sejarah UI berjudul Kehidupan Masyarakat Kota Garut 1930-1965.
Kunto PUN mengungkapkan perihal kebiasaan sehari-hari, rumah makan milik orang-orang muslim di Garut, tidak ada yang buka selama bulan puasa. Hal itu menandakan begitu taatnya masyarakat Garut dalam menjalankan ibadahnya.
Selain itu, membaca Al-Qur’an menjadi kegiatan untuk mengisi waktu selama menjalankan ibadah puasa. Haryoto Kunto dalam Ramadhan di Priangan (1996) mengungkapkan perihal tradisi mereka yang pandai membaca Al-Qur’an. Biasanya mereka akan menghatamkan pembacaannya sejak ramadhan bermula hingga sebelum hari lebaran tiba.
Haryoto juga mengungkapkan tradisi ngabuburit yang biasa dilakukan oleh masyarakat Garut. Ngabuburit merupakan kegiatan menunggu waktu buka puasa. Biasanya orang-orang yang tinggal di sekitar pusat kota Garut melakukan ngabuburit dengan jalan-jalan berkeliling kota. Ada juga yang berpergian dengan kereta api, bisa ke Cibatu atau Cikajang.
Begitu juga dengan orang-orang yang tinggal di luar pusat kota, seperti Cibatu. Mereka akan jalan-jalan ke kota dengan delman atau kereta api. Tradisi di bulan puasa ini terus berlangsung hingga masa kemerdekaan.
Alun-alun di waktu jelang buka puasa selalu ramai orang yang ngabuburit. Selain itu juga selalu mendengarkan berbagai pengumuman dari Mesjid Agung Garut. Jelang senja, bergegas pulang dengan delman yang dinaiki ketika berangkat.